Review Zack Snyder's Justice League - Semua Jadi Masuk Akal

Selesai sudah saya maraton menonton revisi film dari DCEU, yaitu Zack Snyder’s Justice League. Pengalaman yang didapat setelah menonton ini adalah semua menjadi masuk akal. Benar-benar masuk akal. Tidak heran, karena durasinya hampir 4 jam.
Ini seperti kita sedang menonton serial dengan budget super mahal karena durasinya yang sangat panjang. Durasi yang super panjang ini seolah menegaskan bahwa “Ini loh yang mau kami buat!”. Alur yang pelan, tempo lambat diawal dan cenderung membosankan, akhirnya terbalas dan saya mulai menikmati filmnya di 60 menit setelahnya.
1 jam pertama lebih banyak adegan yang mirip-mirip dengan film sebelumnya. Dan scene amazon buat saya sendiri sudah membosankan, dan di film ini sejam awal ya isinya itu.
Steppenwolf yang mendatangi Amazon (tempat keluarga Wonder woman tinggal) untuk mengambil Mother Boxes di film ini dan di film resminya 2017 lalu terasa sama membosankannya. Kekacauan yang terjadi terlihat biasa. Atau memang karena saya yang sudah tidak suka dari awal dengan kehidupan wonder woman di Amazon? Mungkin saja.

Saya pikir tidak akan banyak yang berubah, ternyata perubahan yang terjadi mungkin sekitar 50% dari film aslinya, atau bahkan lebih. Karena jujur saja, saya tidak menonton ulang film aslinya hari ini. Saya hanya menghabiskan 4 jam Zack Snyder’s Justice League di HBO GO.
Beberapa adegan yang saya ingat, coba saya bandingkan dan tulis di sini. Secara keseluruhan film revisian ini jelas lebih bagus dari aslinya. Katanya juga film ini membutuhkan tambahan 1 Triliun rupiah sebelum rilis di platform HBO. Tambahanya bukan hanya adegan, tapi editing dengan visual efek dan lain sebagainya. Sayangnya, HBO GO di android masih seperti aplikasi beta, yang bahkan pengaturan resolusinya saja tidak ada.
Bukan hanya itu saja, rasio layarnya juga kurang dari standarnya yaitu 16:9. Ini lebih kecil dan terlihat seperti menonton film di layar persegi. Sisa layar masih sangat luas. Untung saja ini menonton di smartphone, tidak tau apakah ketika menonton di tablet hasilnya bagaimana, tetap persegi atau lebih baik.
Film ini awalnya akan dibagi menjadi beberapa episode, layaknya sebuah serial yang umumnya kita tonton. Tapi pada akhirnya disatukan dengan durasi yang berlebih. Meskipun begitu, film ini tetap dibagi menjadi beberapa bagian dalam film-nya sendiri, dan tetap di episode yang sama.
Terdapat 6 bagian dalam film yaitu 1. ‘Don’t Count On It, Batman’, 2. ‘The Age of Heroes’, 3. ‘Beloved Mother, Beloved Son’, 4. ‘Change Machine’, 5. ‘All the King’s Horses’, dan 6. ‘Something Darker’.
Seperti yang sejak awal saya katakan, bagian pertama tidak menyenangkan untuk saya. Bagian selanjutnya lebih baik dan bertahap menjadi sangat baik. Tidak ada yang begitu spesial, tapi menjadi lebih jelas dan masuk akal.
Yang kurang baik tentu ada, misalnya di adegan awal ketika Barry Allen (The Flash) melamar pekerjaan di sebuah toko yang sekaligus tempat penampungan anjing (kurang lebih) berpapasan dengan seorang pengunjung wanita dan mereka saling suka sejak pandangan pertama.
Ada adegan dimana wanita yang sedang menyetir itu menabrak sebuah truk besar yang supirnya begitu kesulitan menemukan roti yang sedang dia makan karena terjatuh ke bagian bawah jok mobil. Adegannya klise, seperti menonton sinetron. Entah berapa lama supir truk terus mencari rotinya yang jatuh dengan kaki yang terus menginjak pedal gas tanpa melihat jalan sama sekali.
Tabrakan-pun terjadi dan Barry allen dengan sigap menyelamatkan nyawa si wanita tersebut. Dan adegan itu sama sekali tidak dilanjutkan hingga film berakhir. Siapa dia dan bagaimana hubungannya dengan Barry allen nantinya tidak diketahui.
Yang menarik disini justru perasaan Barry allen ke Diana, si Wonder woman. Diam-diam, sebagai superhero termuda, Barry menyimpan rasa suka ke Diana yang nyatanya 5000 tahun lebih tua darinya. Tatapan kenaksirannya begitu terasa. Atau ketika dia melakukan beberapa obrolan kecil tentang Diana dengan Aquaman menjadi tambahan komedi receh di film ini yang asik untuk diikuti.
Perjalanan dan cara Batman mengumpulkan pasukan juga menjadi lebih baik dari film aslinya. Meskipun banyak adegan yang mirip, tapi beberapa sentuhan adegan yang berbeda membuat film ini terasa lebih hidup. Adegan yang sama tapi ditampilkan dalam urutan yang berubah juga terasa lebih natural. Penceritaan lebih baik, pelan dan jelas.
Setiap superhero diberikan cerita masa kelamnya atau cerita bagaimana mereka terbentuk dengan cara yang baik. Ini juga salah satu hal yang membuat Batman kesulitan untuk menyatukan mereka. Beberapa dari para superhero terkurung oleh masa lalunya sendiri. Seperti Cyborg yang masih tidak bisa menerima keadaan dirinya yang menjadi robot dan Aquaman dengan masalah keluarganya.
Peran Batman di film ini dibuat berguna. Dengan kepintaran, kekayaan dan teknologinya dia punya peran besar untuk kemenangan yang mereka dapatkan.
Masih ingat dengan percakapan para superhero di pesawat dengan segala kekocakan yang dibuat sebelumnya?

Kamu bisa menonton potongan adegannya jika lupa di https://www.youtube.com/watch?v=uJDn5dgVVpM
Zack Snyder mengganti adegan tersebut menjadi di kantor pribadi Bruce Wayne, dan sekali lagi ini menjadi lebih masuk akal untuk adegan setelahnya. Apa yang mereka kerjakan, bahas dan rencanakan sangat menjelaskan kenapa mereka melakukan itu (bagian lanjutan).
Tidak terkesan adanya dominasi dari salah satu superhero di perencaan ini. Setiap superhero saling bertukar pikiran dan berbagi pendapat mereka masing-masing. Tentu saja ini bagus karena mereka sekarang bekerja sebagai kelompok. Dan buat saya pribadi, ini lebih dapat dinikmati.
Tidak hanya ketika perencanaan saja, pembagian adegan antar superhero juga terlihat lebih seimbang antar satu dengan lainnya, khususnya ketika mereka sedang bertarung dengan musuhnya.
Kebanyakan hal baru disini adalah penjelasan atas apa yang sudah kita lihat di Justice League resminya. Apa yang mendasari terjadinya masalah A, dan apa yang mendasari terjadinya masalah B, semua dijelaskan secara detail.
Misalnya penculikan terhadap para ilmuwan (termasuk ayah Cyborg) dan bagaimana Steppenwolf dapat menemukan kotak Mother Boxes satu per satu. Untuk apa dikumpulkan dan bagaimana itu dibentuk.
Cerita lain adalah tentang superhero paling kuat, yaitu Superman. Kemunculan Superman tidak lagi menjadi suatu hal yang tidak penting. Superman tidak lagi terkesan menjadi over power seperti di Justice League 2017 lalu.
Ada peran superhero lain dalam amarah Kal-el (Superman) atas Steppenwolf. Penyampaian amarahnya bahkan sangat baik. Saya seakan sedang menonton UFC (ajang pertarungan MMA) atau seperti sedang memainkan game God Of War. Pertarungan one on one sangat menakjubkan. Pukulan terakhir yang membabi buta disajikan secara apik disini.
Meskipun menang, saya masih ragu menyebut film ini happy ending. Karena pada faktanya, Steppenwolf hanya seorang suruhan Darkseid. Ya, Steppenwolf dengan penebusan dosa ingin membuktikan ke Darkseid bahwa dia tidak akan berkhianat lagi.
Ini lagi lagi menjadi masuk akal dan secara tidak langsung membuat sosok Superman tidak lagi over power. Karena apa? Ya, karena Steppenwolf hanya pasukan, bukan bosnya. Itu wajar jika Superman terbilang mudah untuk mengalahkannya. Steppenwolf bahkan lebih lemah dari musuh pribadi Superman, siapa lagi kalau bukan Jendral Zod.
Peran superhero lain dalam mengalahkan Steppenwolf juga terbilang baik. Sutradara membuat mereka lebih berperan dan menekankan bahwa Steppenwolf dikalahkan oleh Justice League, bukan Superman seorang diri.
Di 2017, kekalahan Steppenwolf adalah adegan yang cukup menggelikan. Dia dikeroyok oleh pasukannya sendiri, yaitu Parademons. Konyol adalah kesan yang saya dapatkan setelah menonton adegan pertempuran terakhir yang disajikan. Tapi di film yang sekarang, adegan pertempuran akhir sangatlah epik. Ini benar-benar keren!
Dramatis, menegangkan dan ditambah backsound yang menggelegar dan pas membuat pertempuran akhir di Zack Snyder’s Justice League layak diacungi 2 jempol sekaligus. Steppenwolf memang kalah, tapi bukan lagi karena dikeroyok oleh Parademons, tapi oleh Darkseid sendiri. Kok bisa ya?
Kamu perlu menonton untuk menemukan jawabannya. Setelah dihajar habis-habisan oleh para superhero, Darkseid adalah penentu takdir untuk Steppenwolf. Cukup mengerikan melihat kemunculan Darkseid dan rencana besarnya di akhir pertarungan.
Menarik untuk ditunggu, tapi mungkin juga mengecewakan karena film ini sepertinya tidak dibuat sekuel berikutnya. 😢
Terakhir adalah pembahasan untuk komedinya.
Film ini sebelumnya banyak mendapat kritik karena komedinya yang dirasa berlebihan. Saya menikmati komedi itu, tapi saya juga setuju dengan kritik yang ada. Film buatan DCEU jadi terasa lebih ringan dari yang selama ini kita kenal dengan segala kegelapannya. Khususnya untuk tokoh utama mereka, siapa lagi kalau bukan Batman.
Di film yang sekarang, komedi tetap ada tapi dengan porsi secukupnya (masih agak banyak) dan terbilang receh. Misalnya ketika Bruce wayne membawa para superhero ke kantornya untuk pertama kalinya dan Alfred mengeluarkan celetukan “semoga gelasnya cukup”. Ini tidak akan membuat penonton tertawa terbahak-bahak tapi cukup untuk senyum kecil penyegar suasana.
Penilaian.
Secara keseluruhan, film ini bagus dan direkomendasikan untuk ditonton. Kenikmatannya mungkin agak sedikit berkurang kalau kamu sudah pernah menonton film aslinya. Tapi kemasan yang baik tetap membuat film ini punya nilai yang lebih tinggi dari film aslinya.
Tayangan film ini harusnya bisa lebih baik jika developer HBO GO juga lebih memperhatikan aplikasi yang mereka buat. Sangat disayangkan aplikasinya masih punya banyak kekurangan.